Peternak madu ungkap sulitnya ekspor madu

Peternak madu ungkap sulitnya ekspor madu

A view of beekeeper collecting honey and beeswax
madubaru.com – Eureka Indra Zatnika, seorang praktisi dan pengusaha madu asal Indonesia, berbagi wawasan tentang tantangan yang dihadapi dalam mengekspor madu lokal ke pasar internasional, dalam sesi Pesantren Kilat (Sanlat) Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi yang diselenggarakan di Gedung DPRD Kota Bogor. Sebagai pemilik usaha “Madu Pak Lebah”, Eureka mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama adalah ketiadaan standar baku kualitas madu yang diakui secara internasional, yang sering membuat para peternak lebah lokal kesulitan membawa produk mereka ke pasar global.

Masalah Utama dalam Ekspor Madu Indonesia

  1. Ketiadaan Standar Baku Internasional: Di Indonesia, belum terdapat satuan standar baku kualitas madu yang dapat memudahkan proses ekspor madu. Sehingga, produsen madu lokal sering menghadapi hambatan dalam memenuhi spesifikasi yang beragam dari pembeli internasional.
  2. Ketergantungan pada Vendor Luar: Karena hambatan regulasi dan standar, peternak lebah sering kali harus menggunakan jasa vendor eksternal untuk mengekspor produk mereka, yang menambah kompleksitas dan biaya.
  3. Kurangnya Dukungan Pemerintah: Berbeda dengan di Vietnam, di mana pemerintah menyediakan stok kebutuhan lebah dan lahan serta standarisasi kualitas madu, di Indonesia, pengusaha madu umumnya harus mengatur semuanya secara mandiri. Ini menghasilkan produk yang sangat beragam dalam kualitas dan harga.
  4. Persaingan dengan Madu Palsu: Pasar dalam negeri juga dilanda oleh peredaran madu palsu yang dijual dengan harga lebih murah, mempengaruhi kepercayaan konsumen dan pasar bagi produsen madu asli.

Solusi yang Diajukan Eureka

Untuk mengatasi tantangan ini, Eureka menyarankan beberapa langkah strategis:
  • Pembentukan Standar Baku Lokal: Mengembangkan dan memperkenalkan standar baku kualitas madu yang diakui tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di pasar internasional.
  • Penguatan Kualitas Produksi: Meningkatkan kualitas produksi melalui pelatihan dan sertifikasi untuk peternak lebah, memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi ekspektasi pasar global.
  • Kolaborasi Lebih Kuat dengan Pemerintah: Mendorong keterlibatan pemerintah untuk mendukung industri madu, seperti yang dilakukan di Vietnam, melalui subsidi atau fasilitas produksi.
  • Kampanye Anti Madu Palsu: Melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang perbedaan antara madu asli dan madu palsu, serta melindungi pasar untuk produsen madu lokal.
Dengan berbagi pengalamannya di forum seperti Pesantren Kilat, Eureka berharap untuk memicu diskusi dan kolaborasi lebih lanjut di antara para pelaku industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan untuk mengatasi masalah ini secara kolektif. Kolaborasi ini juga didukung oleh berbagai mitra termasuk Taman Safari Indonesia, Cibinong Center Industrial Estate, dan lembaga-lembaga lainnya yang turut serta dalam Pesantren Kilat tersebut.